Internasional Seminar on Biblical Studies (ISBS) "Biblical Studies in Cultural Context: Ancient and Modern Perspectives"

Pada tanggal 7 Mei 2025, Yayasan Scriptura bekerja sama dengan LPPM STT Moriah telah sukses menyelenggarakan Seminar Internasional Studi Biblika bertema "Biblical Studies in Cultural Context: Ancient and Modern Perspectives". Seminar yang diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom dan disiarkan langsung melalui YouTube Yayasan Scriptura, menghadirkan diskusi mendalam tentang bagaimana konteks budaya memengaruhi pemahaman dan interpretasi teks-teks Kitab Suci, baik dari sudut pandang kuno maupun modern.

 

Seminar yang berlangsung dari pukul 08.00 hingga 18.30 WIB ini menjadi forum penting bagi para akademisi, teolog, mahasiswa teologi, dan pemerhati studi Biblika untuk memahami konteks budaya dalam Kitab Suci yang merupakan aspek krusial untuk mengungkap makna yang lebih utuh dari teks-teks kitab suci, sekaligus menjembatani relevansinya dengan kehidupan kontemporer.

 

Pembicara Internasional dan Topik Pembahasan

Seminar ini menghadirkan enam pembicara terkemuka di bidang studi Biblika dari berbagai institusi internasional dan lokal, masing-masing membawakan perspektif unik yang memperkaya diskusi:

 

Sesi 1: Genesis 1-2 in the context of Ancient Near Eastern Cosmology

Dr. Peter Gentry dari Southern Baptist Theological Seminary, Amerika Serikat, membuka seminar dengan presentasi berjudul "Genesis 1-2 in the context of Ancient Near Eastern Cosmology". Dalam paparannya, Dr. Gentry mengeksplorasi bagaimana narasi penciptaan dalam kitab Kejadian dapat dipahami secara lebih komprehensif ketika diletakkan dalam konteks pemahaman kosmologi masyarakat Timur Dekat Kuno. 

 

Perbandingan antara teks Kejadian dengan teks-teks kosmologi dari peradaban Mesopotamia, Mesir, dan Kanaan memberikan wawasan baru tentang keunikan narasi Kitab Suci sekaligus memperlihatkan bagaimana teks tersebut berkomunikasi dengan audiens aslinya. Dr. Gentry menekankan bahwa memahami konteks budaya ini tidak mengurangi otoritas teks, melainkan justru memperkaya pemahaman kita tentang pesan teologis yang ingin disampaikan.

 

Sesi 2: Appealing to God or Man: Contrasting Barrenness and Family Death Narratives in the Hebrew Bible and Ancient Near East

Sesi kedua dipimpin oleh Dr. Nicholas Campbell, juga dari Southern Baptist Theological Seminary, dengan topik "Appealing to God or Man: Contrasting Barrenness and Family Death Narratives in the Hebrew Bible and Ancient Near East". Dr. Campbell menyoroti bagaimana narasi-narasi tentang kemandulan dan kematian anggota keluarga dalam Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama) memiliki perbedaan signifikan dengan narasi serupa dalam literatur Timur Dekat Kuno.

 

Melalui analisis komparatif yang mendalam, Dr. Campbell menunjukkan bagaimana narasi Kitab Suci secara konsisten mengarahkan manusia untuk berpaling kepada Tuhan dalam menghadapi krisis, sementara teks-teks dari budaya sekitarnya sering menawarkan solusi yang berpusat pada manusia atau ritual-ritual tertentu. Perbedaan orientasi ini merefleksikan perbedaan fundamental dalam pandangan teologis dan antropologis antara Israel kuno dan bangsa-bangsa sekitarnya.

 

Sesi 3: Live Long and Prosper: A Comparative Cultural Analysis between the Words of Wisdom in Proverbs 3:1-2 and the Minahasan Wisdom of Pakatu'an wo Pakalawizen

Sesi ketiga menghadirkan pembicara dari Indonesia, Dr. Jenry E. C. Mandey dari Moriah Theological College, dengan presentasi berjudul "Live Long and Prosper: A Comparative Cultural Analysis between the Words of Wisdom in Proverbs 3:1-2 and the Minahasan Wisdom of Pakatu'an wo Pakalawizen". Dalam presentasinya, Dr. Mandey menawarkan perspektif unik dengan membandingkan kearifan Kitab Suci dalam kitab Amsal dengan kearifan lokal dari budaya Minahasa di Indonesia.

 

Dr. Jenry E. C. Mandey menganalisis bagaimana konsep ucapan berkat dalam Amsal 3:1-2 memiliki similarity konseptual dengan nilai-nilai "Pakatu'an wo Pakalawizen" dalam tradisi Minahasa. Melalui pendekatan Comparative Culture Studies (CCS), Dr. Mandey menunjukkan bagaimana teks Kitab Suci dapat berdialog dengan kearifan lokal, menciptakan pemahaman yang lebih kontekstual dan relevan bagi pembaca Indonesia. Presentasi ini menjadi contoh nyata bagaimana studi Kitab Suci dalam konteks budaya dapat memperkaya pemahaman teologis sekaligus menghargai kekayaan tradisi lokal.

 

Sesi 4: The Agora in Acts: A Topos of Persecution and Vindication

Dr. Jason Borges dari Asia Minor Research Center, Turki, membawakan presentasi berjudul "The Agora in Acts: A Topos of Persecution and Vindication" pada sesi keempat. Dalam paparannya, Dr. Borges menganalisis signifikansi kultural dari agora (pasar atau alun-alun kota) dalam konteks Yunani-Romawi dan bagaimana tempat ini menjadi latar penting dalam narasi Kisah Para Rasul.

 

Sebagai pusat kehidupan publik kota-kota Yunani-Romawi, agora tidak hanya berfungsi sebagai tempat perdagangan tetapi juga sebagai arena diskusi filosofis, pengadilan informal, dan aktivitas politik. Dr. Borges menjelaskan bagaimana Lukas, penulis Kisah Para Rasul, secara strategis menggunakan setting agora untuk menggambarkan baik penganiayaan yang dialami para rasul maupun pembenaran atas pesan yang mereka sampaikan. Pemahaman tentang konteks kultural ini memperkaya interpretasi kita terhadap dinamika penyebaran Injil di dunia Mediterania kuno.

 

Sesi 5: Marcionite Scriptures and Exegesis: New Perspectives

Dr. Gianmarco Cerreti dari École Pratique des Hautes Études (EPHE), Paris, mempresentasikan topik "Marcionite Scriptures and Exegesis: New Perspectives" pada sesi kelima. Presentasi ini mengeksplorasi pemikiran Markion, seorang tokoh kontroversial dalam sejarah gereja awal yang mengajukan kanon Kitab Suci alternatif dan pendekatan eksegesis yang berbeda dari arus utama.

 

Dr. Gianmarco Cerreti memaparkan temuan-temuan baru tentang bagaimana Markion memahami dan menafsirkan teks-teks suci, serta bagaimana konteks budaya dan intelektual pada abad kedua memengaruhi pemikirannya. Meskipun pandangan Markion akhirnya ditolak sebagai heterodoks, studi tentang pemikirannya memberikan wawasan berharga tentang dinamika pembentukan kanon dan praktik penafsiran dalam gereja mula-mula. Diskusi ini juga menyoroti pentingnya memahami konteks historis dan kultural dalam mengevaluasi perkembangan teologi Kristen.

 

Sesi 6: Jesus' Influence on Peter's Scriptural Hermeneutics

Sesi terakhir dibawakan oleh Dr. Paul Lamicela dari Biblical Theology Academy, Amerika Serikat, dengan topik "Jesus' Influence on Peter's Scriptural Hermeneutics". Dr. Lamicela menganalisis bagaimana pendekatan Yesus dalam menafsirkan Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama) memengaruhi cara Petrus memahami dan mengaplikasikan teks-teks tersebut dalam konteks gereja mula-mula.

 

Melalui analisis cermat terhadap khotbah-khotbah Petrus dalam Kisah Para Rasul dan tulisannya dalam surat-surat Petrus, Dr. Lamicela menunjukkan adanya kesinambungan metodologis antara hermeneutik Yesus dan Petrus. Pemahaman tentang hubungan guru-murid dalam konteks budaya Yahudi abad pertama memberikan kerangka penting untuk memahami bagaimana tradisi penafsiran ini ditransmisikan dan dikembangkan. Presentasi ini menekankan pentingnya memahami konteks kultural dalam studi tentang perkembangan hermeneutik Kitab Suci.

 

Signifikansi Seminar dalam Perkembangan Studi Biblika

Seminar internasional ini hadir di tengah meningkatnya kesadaran akan pentingnya pendekatan interdisipliner dalam studi Biblika. Memahami teks Kitab Suci tidak dapat dilepaskan dari pemahaman tentang konteks historis, sosial, dan budaya di mana teks tersebut muncul dan berkembang. Pendekatan ini memungkinkan para peneliti dan pembaca Kitab Suci untuk menggali makna yang lebih kaya dan nuansa yang mungkin terlewatkan dalam pembacaan yang mengabaikan konteks.

 

Kehadiran pembicara dari Indonesia, Dr. Jenry E. C. Mandey, memberikan dimensi tambahan yang berharga dalam seminar ini. Presentasinya menunjukkan bagaimana dialog antara teks Kitab Suci dan kearifan lokal dapat memperkaya pemahaman teologis sekaligus menjembatani kesenjangan antara tradisi Kitab Suci dan konteks budaya Indonesia. Pendekatan semacam ini sangat relevan dalam konteks Indonesia yang kaya akan keragaman budaya dan tradisi.

 

Di sisi lain, seminar ini juga menekankan relevansi studi Biblika dalam konteks budaya modern. Bagaimana prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terkandung dalam teks Kitab Suci dapat diaplikasikan dalam menghadapi tantangan etis dan spiritual kontemporer merupakan pertanyaan penting yang terus menjadi fokus diskusi. Dialog antara perspektif kuno dan modern ini membuka ruang bagi pemahaman yang lebih dinamis dan kontekstual terhadap teks-teks suci.

 

Yayasan Scriptura dan LPPM STT Moriah, sebagai penyelenggara, telah berhasil menciptakan forum yang mempertemukan para ahli dari berbagai latar belakang akademis dan geografis. Kolaborasi semacam ini sangat penting untuk memperkaya wacana teologis dan mendorong perkembangan studi Biblika di Indonesia dan kancah internasional.

 

Undangan untuk Seminar Berikutnya

International Seminar on Biblical Studies (ISBS) merupakan bagian dari rangkaian seminar yang diselenggarakan oleh Yayasan Scriptura dan STT Moriah sepanjang tahun. Sebagai lembaga yang berkomitmen pada pengembangan Studi Biblika di Indonesia, Yayasan Scriptura secara rutin mengadakan seminar internasional setidaknya dua kali dalam setahun, menghadirkan para pakar dari berbagai belahan dunia.

 

Bagi Anda yang tertarik untuk memperdalam pemahaman terkait Studi Biblika serta mencari inspirasi untuk penulisan karya ilmiah, jangan lewatkan kesempatan untuk mengikuti seminar-seminar berikutnya. Seminar-seminar ini tidak hanya menawarkan wawasan akademis yang mendalam, tetapi juga kesempatan untuk terhubung dengan komunitas pembelajar dan peneliti Kitab Suci dari berbagai latar belakang.

 

Informasi tentang seminar berikutnya dapat diakses melalui situs web dan media sosial resmi Yayasan Scriptura. Bergabunglah dalam perjalanan intelektual dan spiritual ini untuk menemukan kekayaan makna dalam teks-teks Kitab Suci dan relevansinya bagi kehidupan kontemporer. Dengan mengikuti seminar-seminar ini, Anda turut berkontribusi dalam pengembangan Studi Biblika di Indonesia dan memperkaya pemahaman personal Anda tentang teks-teks yang telah membentuk peradaban selama ribuan tahun.

 

Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari komunitas pembelajar yang dinamis ini. Tandai kalender Anda dan siapkan diri untuk seminar internasional berikutnya dari Yayasan Scriptura!

Explide
Drag