Shofar

Shofar

Arti Shofar

Shofar atau yang biasa disebut sangkakala, berasal dari bahasa Ibrani rp"vo (shofar) secara harfiah berarti tanduk atau terompet. Menurut kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama), kata ini disebutkan sebanyak tujuh puluh dua kali, merujuk pada alat musik yang terbuat dari tanduk hewan yang kosher, biasanya domba jantan atau kambing berusia minimal satu tahun. Shofar bisa juga dibuat dari tanduk Kudu besar (hewan Antelop), yang kebanyakan hidup di Afrika dan Timur Tengah. Salah satu Shofar yang terbuat dari tanduk Antelop adalah koleksi Shofar yang terdapat di The Bible Gallery.

Secara tradisional Shofar dibuat dengan cara dilubangi, disterilkan dan dibengkokkan dengan hati-hati sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Ujungnya yang sempit dipotong dan dibentuk menjadi corong. Retakan atau lubang apa pun pada Shofar membuatnya tidak layak pakai dan penambalan dengan bahan asing apa pun tidak diperbolehkan. Karena itu membuat Shofar menjadi sebuah trompet yang eksklusif.

Penggunaan Shofar

Shofar bukan hanya benda untuk liturgi keagamaan tetapi juga simbol yang mengalami perkembangan makna dari zaman Israel Kuno sampai Yahudi modern, seperti penjelasan di bawah ini:

Penggunaan Shofar dalam tradisi Israel Kuno:

1. Simbol Kehadiran dan Kuasa Tuhan

  • Saat Tuhan menampakkan diri di Gunung Sinai, terdengar suara Shofar yang sangat kuat. (Keluaran 19:16,19). Shofar menjadi simbol kehadiran Tuhan.

​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​​2.  Sebagai tanda peringatan dan perang

  • Digunakan untuk memanggil umat Israel berkumpul. (Bilangan 10:3–10)
  • Sebagai tanda bahaya atau perang (Tiupan Shofar menjadi simbol gerakan dan kekuatan untuk merobohkan tembok Yerikho). (Yosua 6:4–20; Hakim-hakim 3:27)​​​​​​​.

3. Upacara Keagamaan

Shofar ditiup pada hari-hari raya Israel Kuno seperti:

  • Yom Teruah (h['WrT. mAy) atau Hari Raya Terompet dalam kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama), pertama kali disebutkan dalam Imamat 23:23-25 dan Bilangan 29:1. Hari raya ini dirayakan pada tanggal 1 bulan Tishri (bulan ke-7 dalam kalender Ibrani biasanya jatuh pada September/Oktober). Makna dari perayaan ini adalah sebagai sabat atau hari istirahat khusus dan untuk mengingatkan umat agar bersedia memperingati kudus berikutnya yakni Yom Kippur atau hari raya Pendamaian sepuluh hari setelah Yom Teruah. Pada hari raya ini umat diarahkan untuk meniup shofar sebagai peringatan untuk bertobat dan merenung.
  • Yom Kippur (rWPKi mAy) adalah Hari raya Pendamaian atau Penebusan, hari raya ini disebutkan pertama kali dalam Imamat 25:9. Hari raya ini jatuh pada tanggal 10 bulan 7 atau sepuluh hari setelah Yom Teruah. Makna perayaan ini adalah untuk memohon pengampunan dosa dan agar umat Israel menguduskan diri. Akhir dari hari Raya ini adalah peniupan Shofar sebagai tanda hari pendamaian telah berakhir.
  • Yovel (lbeAy) atau hari raya Yobel merupakan tahun khusus yang dirayakan setiap 50 tahun sekali dalam sistem kalender Ibrani Kuno, dasarnya terdapat dalam Imamat 25:8-13. Makna Yobel adalah sebagai tahun pembebasan total baik bagi para budak, tanah maupun ekonomi, tujuannya adalah untuk mengingat bahwa hidup dan semua milik kepunyaan manusia adalah milik Tuhan dan untuk membangun keadilan sosial agar tidak ada yang menindas atau menjadi terlalu kaya. Peniupan Shofar pada perayaan ini adalah sebagai tanda dimulainya tahun Yobel dan untuk memproklamasikan kebebesan bagi semua penduduk negeri. Waktu peniupan Shofar bersamaan dengan Hari Raya Yom Kippur.

4. Penobatan Raja (1 Raja-raja 1:34, 39)

 Saat Salomo diurapi menjadi raja peniupan Shofar menjadi sebuah tanda penobatan dan seruan kepada Salomo sebagai raja yang baru.

5. Makna Simbolis di Masa Nabi-nabi

Nabi Yoel (2:1) dan Amos (3:6) memakai Shofar sebagai simbol peringatan datangnya hari Tuhan (dalam konteks kehancuran bangsa Israel). Peniupan Shofar sebagai sebuah panggilan kepada umat untuk berjaga-jaga dan bertobat atas kesalahan yang sudah mereka lakukan, karena kehancuran negeri oleh para musuh sudah dekat.

Seiring berjalannya waktu, penggunaan Shofar mengalami perubahan khususnya ketika Bait Suci kedua di Yerusalem hancur pada tahun 70 M, setelah peristiwa tersebut Shofar tidak lagi digunakkan untuk perang atau upacara korban namun hanya digunakkan untuk tradisi keagamaan Yahudi yang kemudian digunakan pada sinagoga dan rumah ibadah lokal, berikut penjelasannya:

  1. Rosh Hashanah (hnXh Xar) atau yang dikenal juga dengan Yom Teruah dalam Kitab Suci Ibrani (Perjanjian Lama). Rosh Hashanah berarti “Kepala Tahun” atau “Hari Raya Tahun Baru Yahudi” istilah ini berkembang dalam tradisi rabinik. Hari raya ini jatuh pada tanggal 1 dan 2 bulan Tishri dalam kalender Yahudi. Ada beberapa makna dari hari raya ini yaitu, sebagai penanda awal tahun baru Yahudi, untuk memperingati peristiwa penciptaan dunia dan manusia pertama, pengakuan Tuhan sebagai Raja serta mulainya waktu penghakiman yang akan berujung pada hari raya Yom Kippur (Hari Raya Pendamaian) untuk itulah Shofar dibunyikan dan seluruh umat diajak untuk bediri pada saat peniupannya pada hari raya ini, karena untuk menyatakan kebesaran Tuhan sebagai raja dan pencipta alam semesta.
  2. Yom Kippur, setelah tahun Yobel tidak lagi dijalankan secara literal (karena tidak ada sistem tanah dan perbudakan seperti zaman Israel Kuno dalam Perjanjian Lama), maka tiupan shofar pada Yom Kippur Tahun Yobel berhenti. Namun, tradisi simbolik bahwa shofar akan ditiup pada akhir hari raya “Yom Kippur” tetap diingat sebagai simbol pembebasan dosa dan pengampunan universal, kemenangan, serta untuk mengenang apa yang terjadi dan untuk mengungkapkan harapan umat akan masa depan.

Cara Meniup Shofar

Shofar tidak ditiupkan secara sembarangan, ada aturan khusus tentang jumlah dan jenis tiupan Shofar. Aturan memang sebelumnya tidak tercantum dalam Taurat namun muncul pada abad ke-2 Masehi, menurut Mishnah Seder Moed (traktat tentang hari raya dan ibadah). Jenis tiupan menurut Mishnah ialah; Tekiah (nada panjang dan lurus), Shevarim (3 nada panjang/melengkung), Teruah (9 nada pendek berturut-turut) dan Tekiah Gedolah (nada panjang yang lebih panjang dari Tekiah biasa). Selain jenis tiupan terdapat juga jumlah tiupan yang diatur menurut Mishnah dan Talmud, yakni sebanyak 100 tiupan selama ibadah Rosh Hashanah, dengan rincian; 30-32 Tekiah, 30-36 Shevarim-Teruah (dengan beberapa variasi) dan 1 Tekiah Gedolah. Urutannya bisa berbeda-beda namun prinsipnya tetap sama dan dapat diulangi sampai jumlah tiupan terpenuhi. Apabila hari raya jatuh pada hari Sabat maka beberapa tiupan akan diubah agar tidak melarang aturan hari sabat.

Jadi, Shofar merupakan alat musik yang sangat memiliki makna yang dalam, karenanya dalam menggunakkan Shofar sobat Scriptura diajak untuk menghormati alat musik ini dengan cara tidak menggunakkannya secara sembarangan, karena dari sejarahnya alat musik ini bukanlah alat musik biasa, tapi digunakan sebagai sarana untuk menghormati Tuhan sebagai Raja Agung, sebagai penebus dosa manusia bahkan sebagai simbol pembebasan umat Tuhan dari belenggu perbudakan.

Makna Teologis Shofar

  • Simbol kehadiran Tuhan Sang Pencipta dan Raja di atas segala Raja.
  • Sebagai pengingat akan kehadiran Tuhan dalam sejarah panjang umat Tuhan sampai hari ini.
  • Menunjukkan simbol keperkasaan Tuhan melalui umat-Nya.
  • Shofar yang dibuat melalui cara dibentuk dan dibengkokkan dengan hati-hati melambangkan hati manusia yang harus dibengkokkan (dilunakkan, lentur dan tunduk kepada Tuhan) dari hati yang keras ble-hv,q(qasheh lev). Ketika Shofar ini ditiup itu berarti manusia harus merendahkan dirinya di hadapan Tuhan agar membuka jalan pengampunan dari Tuhan.
Explide
Drag